Wednesday, September 10, 2008

Support: Stop Deforestasi hutan hujan tropis


Deforestasi adalah salah satu penyebab utama dari perubahan iklim - dilihat dari 5 dari emisi gas rumah kaca (GRK), Indonesia menempati urutan ke 3 setelah China dan Amerika Serikat dalam rangking negara penyumbang GRK.

Indonesia kehilangan hutan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara pemilik hutan di dunia. Salah satu penyebab dari kehancuran dan tingginya emisi adalah alih fungsi dari pembukaan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit yang menyimpan banyak karbon. Dengan membuka lahan, membakar dan menurunan fungsi dari hutan lahan gambut telah melepaskan 2 milyar ton karbon dioksida setiap tahunnya.

Seluruh pemerintahan di dunia dan kalangan industri harus melindungi hutan hujan tropis yang tersisa sebelum semuanya terlambat demi menyelamatkan iklim, masyarakat pemilik dan yang hidup di sekitar hutan serta keanekaragaman hayati.

Beberapa cara untuk menghentikannya:


1) Pelarangan pembalakan dan pengrusakan lahan gambut

Indonesia : Moratorium atau jeda sementara seluruh konversi hutan dan lahan gambut.


2) Membeli minyak kelapa sawit dari produksi perkebunan yang bertanggung jawab

Baik pemasok maupun pengguna minyak sawit harus menghentikan pembelian dari perusahaan yang tidak mendukung moratorium atau jeda sementara atas alih fungsi hutan dan lahan gambut.


3) Perjanjian Iklim Internasional

  • Bagi negara-negara yang ingin mendapatkan dana dari perdagangan karbon, seperti Papua Nugini, harus bersungguh-sungguh menghentikan deforestasi pada tahun 2015. Mereka harus mengambil langkah nyata penghentian pembalakan ilegal dan merusak.
  • Tahap lanjut Protokol Kyoto harus menghentikan deforestasi untuk mengurangi emisi global gas rumah kaca. Kami menuntut komitmen yang mengikat secara hukum dengan target dan karena waktu yang tegas.
  • Proses dari Protokol Kyoto harus mengadopsi usulan Greenpeace berjudul ‘Forest for Climate’ guna melindungi hutan serta hak-hak dan penghidupan masyarakat adat.
Semoga Pemerintah Indonesia lebih berpikir logis untuk keselamatan lingkungan hidup dan tidak sekedar mementingkan kepentingan material individu saja.


No comments: